Ramainya Bendung Pleret Jadi Arena ‘Surfing’ Remaja Semarang , Bendung Pleret di Semarang, Jawa Tengah, belakangan ini menjadi tempat yang cukup kontroversial. Kepopuleran pantai ini sebagai objek wisata air telah bertransformasi menjadi arena ‘surfing’ bagi sejumlah remaja. Fenomena ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat.
Ramainya Bendung Pleret remaja memanfaatkan arus deras air terjun sebagai media untuk berselancar. Mereka menggunakan papan luncur, baik yang terbuat dari kayu maupun papan luncur profesional, untuk meluncur di atas permukaan air.
Namun, aktivitas berselancar di Bendung Pleret menuai beragam reaksi. Pihak kepolisian dan pemerintah setempat memperingatkan agar kegiatan ini tidak dilakukan karena berpotensi membahayakan. Arus air bendungan yang deras dan kondisi lingkungan yang kurang terjaga menjadi faktor utama yang dianggap berbahaya.
“Kami menghimbau kepada masyarakat, terutama para remaja, untuk tidak melakukan aktivitas berselancar di Bendungan Pleret. Arus air di bendung ini sangat deras dan tidak stabil, sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan,” ujar Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) setempat.
Pemerintah juga menyoroti aspek keamanan dan keselamatan. Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Dinas PUPR) Kota Semarang menyatakan bahwa Bendung Pleret.
“Kami khawatir aktivitas berselancar dapat merusak infrastruktur jaringan. Selain itu, keselamatan remaja juga menjadi prioritas utama,” tegasnya.
Di sisi lain, beberapa kalangan menganggap aktivitas selancar di Bendung Pleret sebagai bentuk ekspresi kreativitas dan olahraga yang menantang. Mereka berpendapat bahwa aktivitas ini dapat menjadi wadah positif bagi remaja untuk menyalurkan energi dan mengembangkan keterampilan.
“Berselancar di Bendung Pleret adalah olahraga yang menantang dan seru. Kami berharap pemerintah dapat menyediakan tempat yang aman dan terjaga untuk aktivitas berselancar,” ujar salah seorang remaja yang sering berselancar di Bendung Pleret.
Keberadaan Bendung Pleret sebagai arena selancar menjadi dilema bagi masyarakat. Di satu sisi, aktivitas ini dapat menjadi wadah positif untuk menyalurkan kreativitas dan olahraga. Di sisi lain,